Diskussion:French Open 1994 (Badminton)

aus Wikipedia, der freien Enzyklopädie
Letzter Kommentar: vor 5 Tagen von Stvbastian in Abschnitt Source from Kompas
Zur Navigation springen Zur Suche springen

Source from Kompas

[Quelltext bearbeiten]

Kompas 28 Maret 1994, page 19. Bulu Tangkis Perancis Terbuka: OKTAVIANI/NONONG GAGAL RAIH GELAR

Jakarta, Kompas. Ganda putri Indonesia, Enny Oktaviani/Nonong Zanati gagal meraih gelar di Kejuaraan Bulu Tangkis Perancis Terbuka berhadiah total 15.000 dollar AS (sekitar Rp 30 juta) di Paris hari Minggu (27/3) malam. Di final, mereka dikalahkan pasangan Denmark, Rikke Olsen/Helene Kirkegaard, 1-15, 7-15.

Satu harapan Indonesia lagi, ganda putra Araz Razak/Aman Santosa masih bertanding di final semalam menghadapi ganda Denmark, Christian Jacobsen/Henrik Svarrer. Peluang pasangan ini cukup tipis karena pasangan Denmark tersebut cukup tangguh.

Di All England pekan lalu, Henrik Svarrer berpasangan dengan Jim Laugesen mengalahkan pasangan Malaysia, Razif/Jalani Sidek di babak pertama. Christian berpasangan dengan Jan Eriksen mengalahkan ganda tangguh Cina, Chen Kang/Chen Hongyong.

Cina kemarin memastikan merebut dua gelar setelah juara dunia junior 1992, Sun Jun menjuarai tunggal putra. Sun Jun di final mengalahkan pemain Finlandia, Robert Liljequist, 15-1, 16-17, 15-2.

Di tunggal putri dalam pertandingan yang masih berlangsung terjadi final sesama Cina antara Liu Yuhong melawan Zhang Ning.

Di semifinal, Aman Santosa/Razak mengalahkan pasangan Jerman, Uwe Ossenbrink/Kai Mitteldorf 15-6, 15-3 sedangkan Christian Jacobsen/Henrik Svarrer mengalahkan pasangan Jerman lainnya, Michael Keck/Stephan Kuhl, 18-16, 15-4.

Ganda putra Indonesia lainnya, Ade Sutrisna/Chandra Wijaya sudah tumbang di perempat final ditaklukkan Jabosen/Svarrer, 11-15, 15-11, 15-7.

Di ganda putri, Enny Oktaviani/Nonong Zatani maju ke final setelah mengalahkan pasangan Australia/Inggris, Yang Song/Alison Humby, 15-0, 15-3. Finalis lain Rikke Olsen/Helene Kirkegaard dari Denmark itu mengalahkan pasangan Jerman, Katrin Schmidt/Kerstin Ubben, 15-7, 15-8.

Perubahan skor

Sementara itu walau hanya di turnamen kecil, Perancis Terbuka kemarin berani melakukan "revolusi" ketika mereka memperkenalkan sistem angka untuk setiap bola yang dimainkan. Sistem ini diberlakukan untuk final tunggal putra saja antara pemain Finlandia, Robert Liljequist melawan Sun Jun dari Cina.

Dalam aturan biasa, hanya mereka yang memegang serve saja yang bisa mendapat angka. Sekarang siapa saja bisa mendapat angka tidak tergantung apakah sedang mendapat giliran serve atau tidak.

"Saya suka ide mendapat angka dari setiap rali. Ini membuat pertandingan jadi lebih menarik, dan bisa meningkatkan permainan bulu tangkis. Karena kita harus berkonsentrasi penuh di setiap angka." kata juara dunia junior 1992 Sun Jun. Liljequist sendir mengatakan kepesimisannya sistem ini bakal diterima. "Ini ide bagus, namun saya meragukan apakah bisa diterima atau tidak karena sistem yang lama sudah berakar lama. Tetapi sesuatu yang bisa memikat pemirsa televisi dan peminat lain patut dipertimbangkan," kata pemain Finlandia ini.

Menurut laporan kantor berita AFP, seorang ofisial Inggris di All England pekan lalu secara pribadi sudah mengusulkan hal tersebut.

Penerapan sistem rally point ini merupakan usaha kedua untuk merubah sistem skor yang sekarang berlaku. Tahun 1991, Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) sudah membentuk komite untuk menjajaki perubahan skor pertandingan menjadi lima set dengan 9 angka. Sistem yang berlaku sekarang adalah 3 set 15 angka.

Keputusan akhir dari komite tersebut belum ada, namun tampaknya tidak akan berhasil karena negara Asia yang secara tradisional kuat seperti Cina, Indonesia, Malaysia dan Korsel menolak perubahan tersebut.

Menurut pihak "Barat" seperti Finlandia, dan Inggris yang mengusulkan perubahan, sistem skor saat ini tidak membuat pertandingan bulu tangkis menarik karena kurang menegangkan. Ini menyebabkan pula sukar untuk menjadi tayangan utama di televisi dan menjaring iklan.

Namun kekuatan Asia merasa ide di balik perubahan tersebut adalah besarnya jurang perbedaan antara kekuatan Eropa dan Asia. Ini disebabkan karena perbedaan kesegaran fisik. Perubahan yang membuat pertandingan bakal lebih cepat diperkirakan akan bisa menguntungkan pemain Eropa. (sw)

Stvbastian (Diskussion) 08:01, 24. Jun. 2024 (CEST)Beantworten